Didera Banjir Berkepanjangan, Warga Menilai: 'Walikota Gagal Atasi Banjir'
PANTAU DUMAI - Pasca terdampak banjir disebabkan fenomena air laut pasang atau disebut banjir rob pasti menyisakan banyak cerita di tengah-tengah masyarakat. Terutama masyarakat kelas bawah yang tinggal di pemukiman-pemukiman rawan terdampak. Karena lingkungan dan kondisi rumah kurang elok merekalah subjek paling rentan terkena .
Dapat dipastikan tidak sedikit harta benda rusak semua 'punah-ranah' termasuk yang terbuat dari logam karena karatan disebabkan kandungan garam pada air laut. Tidak ada pilihan dan apa yang bisa dilakukan satu-satunya berdoa dan pasrah pada keadaan. Sebelum ada solusi jalani sajalah penderitaan tersebut yang entah kapan berakhir.
Itulah kondisi yang bisa digambarkan bagi warga terdampak banjir, dengan segala keterbatasan dan kekurangan. Celakanya itu pula terjadi di beberapa Wilayah dalam Kota Dumai, dan menimpa sebahagian warganya. Seperti diketahui beberapa hari lalu banjir rob melanda beberapa Wilayah, mirisnya jika biasa durasi banjir rob sangat singkat waktunya. Paling satu atau dua hari, namun yang barusan di beberapa tempat terjadi sampai empat hari.
Diketahui banjir rob akibat pasang besar baru saja berlalu, beberapa hari lalu banyak rumah-rumah warga dan Jalan di Dumai digenangi air. Sampai kini terlihat ada warga terkena masih sibuk lakukan pembersihan. Pantauan awak media pemukiman warga dan Jalan-Jalan cukup parah terendam adalah Jalan Hasanuddin/Ombak, Cempedak, Belimbing, Anggur, Mangga atau sebahagian besar Kelurahan Rimba Sekampung.
Selanjutnya terpantau Jalan Pasar Pulau Payung, Anggur, Sultan Syarif Kasim tepatnya di hadapan Kantor Telkom dan Bank BRI kedua-dua Jalur terkena dan disitu memang menjadi langganan banjir rob. Jalan lmam Bonjol, Sudirman dari Simpang Empat Bundaran menuju arah Masjid Taqwa. Depan Polres bahkan air menjangkau sampai ke kawasan Komplek.
Awak media ingin berdialog dengan warga yang terkena banjir rob dan apa tanggapan mereka. Banyak cerita yang bisa digali namun pastinya didominasi kisah-kisah pilu dan sedih. Selain menguras tenaga, pikiran karena barang-barang banyak yang rusak. Maka lengkap penderitaan ternyata tidak cukup sampai disitu masih ditambah dampak ekonomi.
Karena banjir juga mengakibatkan banyak tempat usaha tutup, sehingga jelas berdampak ekonomi. Kali ini berkesempatan berdialog dengan beberapa emak-emak ditemui. Kesan pertama raut lelah dan gurat kesedihan terlihat jelas, namun saat awak media meminta kesediaan untuk berbincang sejenak tidak ada sedikitpun kalimat penolakan.
Silvia salah satu warga yang tinggal sekitaran Jalan Anggur menceritakan penderitaannya akibat banjir yang kerap dialami. Tidak sedikit perkakas dan perabotan hancur terkena banjir, berbagai upaya sudah dilakukan salah satunya dengan meninggikan lantai rumah namun sia-sia.
"Barang-barang seperti tempat tidur, lemari, sopa, kulkas, mesin cuci yang besar-besar dan berat banyak yang rusak karena terendam air, sekali dua kali banjir datang masih bisa kita bersihkan namun akhir-akhir ini banjir semakin sering melanda dan belum selesai dibersihkan akibat banjir terdahulu datang lagi banjir susulan akhirnya kewalahan dan terbiarkan saja". ungkap wanita paruh baya yang masih terlihat cantik tersebut pada Minggu, (29/10/2022).
Urainya lagi "Karena tak sempat di bersihkan akhirnya barang-barang seperti kursi sopa, lemari dan tempat tidur banyak yang sudah terkopak karena terbuat dari kayu dan mengalami pelapukan, sedangkan terbuat dari besi seperti mesin cuci dan kulkas pada berkarat, belum lagi kendaraan seperti sepeda motor dan mobil jelas terkena". ujarnya dengan raut sedih.
"Apalagi sekarang ini intensitas dan volume banjir rob bukannya semakin berkurang malahan sebaliknya, bulan ini saja sudah dua kali terjadi dan ini sangat luar biasa entah sampai kapan penderitaan ini berakhir mau pindah kemana disini satu-satunya tempat berteduh". ujar wanita yang baru saja menjadi ibu tunggal tersebut.
"Dahulu sempat timbul harapan sewaktu Walikota sekarang baru menjabat, banjir akan teratasi karena saat Pemilukada janjinya seperti itu, mengatasi persoalan banjir di Kota Dumai". ujarnya mengingat janji Paisal saat Pemilukada.
"Namun sepertinya harapan tinggal harapan banjir tetap saja melanda bahkan semakin parah karena apa yang pernah terucap sampai kini belum terbukti sama sekali, sangat-sangat kecewa sekali dan itu manusiawi karena kita termasuk korban banjir yang berkepanjangan, tidak salah jika saya pribadi menyatakan Walikota Dumai yang sekarang gagal mengatasi persoalan banjir dan tidak mampu tunaikan janji-janji". pungkasnya sedikit kesal.
Sedangkan emak-emak lainnya pada tempat berbeda tetapi pada hari yang sama juga mengeluhkan banjir yang kerap melanda pemukimannya. Bahkan masuk ke rumah, tak habis pikir masalah banjir bukannya berkurang malah bertambah parah dan berharap Walikota bisa mengatasi sebagaimana pernah diucapkan saat Kampanye dahulu.
"Semakin hari semakin parah entah sampai kapan bisa diatasi tolonglah pak Walikota cari solusi, dahulu janji akan mengatasi secepatnya tetapi hampir dua tahun belum juga ada perubahan, Sungai terus saja dikerok begitu pula dengan parit-parit ada saja di buat tiap Tahun, tetapi sepertinya tidak menyelesaikan persoalan banjir tetap terjadi". ungkap wanita yang mengaku berdagang di Pasar Pulau Payung tersebut.
Dengan logat medannya, ia juga menyebut selain kerugian harta benda karena banyak barang-barang rumah tangga rusak, aktivitasnya sebagai Pedagang juga terganggu karena lapak berjualannya terendam banjir.
"Banyak kerugian kita Bang karena barang-barang rusak, selain itu mata pencarian pun terganggu karena lokasi berjualan kita terendam apalagi Jalan airnya setinggi lutut siapa yang mau datang belanja banyak motor yang mati mesinnya karena nekat lewat, sedang mobil jarang yang mau lewat berputarnya dia". ungkap wanita yang mengaku bernama Mery itu.
"Mohon dicarilah solusinya jangan seperti ini terus, lama-lama matilah kita ini apa yang mau dimakan kalau tak ada uang masuk, dengarlah jeritan kami ini pak Walikota, oouuh amang bantulah rakyat kecil ini". keluhnya, seraya berpamitan ingin melihat lapak jualan yang beberapa hari terendam.
Selain menganggap Walikota gagal atasi banjir ada pula warga lain soroti kinerja Dinas PUPR Kota Dumai. Menurutnya Dinas PUPR instansi yang bertanggung jawab dalam menuntaskan persoalan banjir. Karena Drainase, Normalisasi, Pintu Air semuanya dikelola mereka (PUPR) bahkan Anggarannya tidak sedikit setiap ketok palu, mereka (PUPR) juga gagal mengatasi banjir.
"Sah-sah saja jika ada menyalahkan Walikota gagal atasi banjir tetapi Dinas PUPR ikut juga harusnya ikut bertanggung jawab dan dipersalahkan karena semua program mengatasi banjir dibawah wewenangnya, bahkan baru-baru ini kabarnya membeli Excavator Amfibi padahal yang ada saja belum maksimal diberdayakan". ungkap warga bernama lwan.
Iwan yang mengaku berdomisili di Kelurahan Bukit Timah tersebut bertemu disalah satu kedai kopi juga menyampaikan terkait pembuatan embung dekat Hutan Wisata.
"Sekarang Pemko melalui Dinas PUPR membuat embung, dan nantinya jika selesai digadang-gadang dapat mengurai persoalan banjir, kita tengok saja nanti apakah sesuai harapan jika terbukti Alhamdulilah namun apabila gagal entah apalagi yang akan diperbuat, namun pastinya dana yang sudah digelontorkan bukan sedikit". pungkasnya kepada awak media.***(Tim)
Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813 6366 3104
atau email ke alamat : pantauriau@gmail.com
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan PANTAURIAU.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Tulis Komentar