Mengenal Istilah Pulung' Jadi Wahyu dan Alat Legitimasi Politik dalam Mitologi Jawa

PANTAU JAKARTA- Seperti diketahui pulung dalam Mitologi Jawa: Penguasa Spiritual dalam Suksesi Dalam mitologi Jawa, terdapat istilah "pulung" yang merujuk pada penguasa spiritual yang memiliki peran penting dalam suksesi atau pewarisan kekuasaan. Pulung dianggap sebagai sosok yang memiliki hubungan langsung dengan dunia gaib dan memiliki kekuatan spiritual yang kuat.
Pulung dipercaya menjadi penghubung antara dunia manusia dan dunia gaib. Ketika seorang pemimpin atau raja akan digantikan, pulung berperan dalam memilih dan mengarahkan calon penerus kekuasaan. Proses ini sering melibatkan ritual-ritual khusus dan komunikasi spiritual antara pulung, calon penerus, dan leluhur yang sudah meninggal.
Suksesi melalui pulung dalam mitologi Jawa bukanlah hal yang sembarangan. Calon penerus harus melewati serangkaian ujian dan persiapan yang melibatkan aspek spiritual, moral, dan kebijaksanaan. Pulung membimbing dan memberikan petunjuk kepada calon penerus agar mereka mampu mengemban tanggung jawab kepemimpinan dengan baik.
Konsep pulung dalam suksesi mengandung makna bahwa kepemimpinan bukanlah sekadar jabatan atau kedudukan yang diperoleh secara lahiriah, tetapi juga sebuah tugas spiritual yang mengharuskan pemimpin untuk memiliki hubungan yang kuat dengan dunia gaib dan memiliki kemampuan untuk memahami kehendak roh-roh leluhur.
Dalam prakteknya, suksesi melalui pulung tidak hanya terjadi di lingkungan kerajaan, tetapi juga dapat ditemui dalam masyarakat tradisional Jawa. Misalnya, dalam pemilihan pemimpin adat atau kepala desa, pulung masih menjadi bagian penting dalam proses tersebut.
Walaupun konsep pulung dalam suksesi memiliki kekayaan budaya dan spiritual yang khas, perlu diingat bahwa pandangan ini terkait dengan kepercayaan dan tradisi khas masyarakat Jawa. Setiap budaya memiliki sistem kepercayaan dan tradisi uniknya sendiri yang membentuk cara pandang dan praktik-praktik mereka.
Pulung dalam mitologi Jawa memberikan pemahaman tentang pentingnya dimensi spiritual dalam suksesi dan kepemimpinan. Hal ini mengajarkan kita untuk memahami bahwa kekuasaan bukan hanya tentang kekuatan politik atau kekuasaan materi, tetapi juga tentang kebijaksanaan, keadilan, dan koneksi yang dalam dengan aspek spiritual dalam menjalankan tugas kepemimpinan.
Sebagai warisan budaya yang kaya, konsep pulung dalam suksesi tetap memberikan pandangan yang menarik tentang kepemimpinan dalam konteks spiritual dan tradisional.
Masih Berkembang
Sementara itu dikutip dari nationalgeographic.co.id, perolehan wahyu atau 'pulung' seakan jadi satu budaya yang lazim dalam mitologi Jawa, khususnya yang berkaitan dengan unsur politik. Meskipun bersifat mistis, mitologi Jawa ini nyatanya masih berkembang hari ini.
Pulung dalam mitologi Jawa umumnya masih dipercaya oleh masyarakat tradisi di pedesaan. Hemat penulis, pulung sebagai mitologi Jawa memainkan hal unik nun menarik yang mungkin tidak akan ditemukan dalam kancah politik nasional.
"Kepercayaan tradisional menempatkan pulung sebagai alarm seseorang mengantongi anugerah sekaligus amanat," tulis Riza Multazam Luthfy, dosen Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, menulis dalam artikelnya 'Pulung’ dalam Mitologi Jawa yang terbit di harian Kedaulatan Rakyat pada 2016.
Pulung merasuk pada kancah politik lokal, umumnya terjadi dalam ruang politik pemilihan kepala desa atau agenda politik pedesaan lainnya. Masyarakat desa meyakini pulung berbentuk seberkas cahaya berwarna biru atau hijau.
Dalam mitologi Jawa, terdapat kepercayaan, "sebelum menjalankan titah, pemimpin desa memperoleh seberkas cahaya biru dari langit yang meluncur ke samping atau mengenai rumahnya," imbuh Riza dalam tulisannya yang dimuat di Kedaulatan Rakyat.
Sang jawara dalam kancah politik demokrasi tingkat desa, seperti halnya lurah yang menang dalam pilkades, dialah yang direstui dan diyakini rumahnya telah didatangi seberkas cahaya yang disebut dengan pulung.
Pulung seolah menyimpan kekuatan gaib yang mengantarkan seseorang untuk menduduki kursi kekuasaan.
"Dalam perspektif agama, ia ibarat wahyu yang dengannya seseorang menjalankan misi kenabian," lanjutnya. Tak ayal jika orang-orang Jawa yang berpandangan konservatif, akan mengkultuskan pulung.
Penilaian publik mengenai kelayakan seorang pemimpin terpilih, tidak serta-merta berangkat dari kejujuran, transparansi, serta loyalitasnya pada maayarakat, melainkan kepada siapa pulung berpihak.
Lantas, kredibilitas seorang pemimpin diukur dengan dukungan gaib, bukan prestasi, karakter, serta kerja kerasnya. Fenomena ini malah kerap dimanfaatkan oleh sejumlah oknum untuk meraup keuntungan.
Tidak jarang para oknum ini sengaja menyebar desas-desus bahwa salah seorang pesaing politiknya telah memperoleh pulung. Harapannya, optimisme dan semangat pendukung calon kepala desa lain menjadi menurun.
Pada dasarnya, pulung merupakan mitologi Jawa yang diperkirakan sudah lestari sejak era Hindu berkembang pesat di Indonesia. Sejak lama, pulung jadi pertanda atau simbolisme bagi manusia terpilih.
Ini menjelaskan adanya hubungan antara budaya politik dengan keyakinan manusia. Suasana batin dan psikologi tim sukses rentan terpengaruh oleh peristiwa turunnya pulung dari atas. Pulung menghidangkan sesuatu yang kontradiktif.
Riza juga mengisahkan satu hal unik tentang gilanya seorang warga karena berusaha mencuri kentongan demi menarik pulung. "Praktik perdukunan dalam pilkades di Desa Gelap, Lamongan, telah menyebabkan seseorang menjadi gila," jelasnya.
Menurut paranormal, cara untuk menarik pulung adalah dengan mencuri tabuh kentongan pesaing politiknya dalam pilkades.
Entah bagaimana yang terjadi, warga dari tim sukses yang mencuri tabuh kentongan mendadak terserang penyakit kejiwaan. Dari kisah Riza ini menyiratkan bahwa pulung sangat berpengaruh sebagai alat politik di kancah politik lokal.
Warga tersebut menjadi korban dari ambisi politik desa, dengan menghalalkan segala cara, termasuk menyuruhnya mencuri tabuh kentongan untuk menarik pulung berpindah kepada kelompoknya.
"Dalam perilaku seperti ini, tersimpan asumsi bahwa kejayaan bukan turun dari langit, melainkan atas jerih payah manusia. Kejayaan yang dicapai manusia sebanding dengan ikhtiar dan kerja," terusnya.
Riza melanjutkan bahwa pengorbanan semacam ini harus dilakukan. Bagaimanapun, jabatan kepala desa meniscayakan upaya sungguh-sungguh yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Selain itu, fenomena pulung dalam mitologi Jawa menggambarkan kepercayaan publik yang berpandangan konservatif bahwa pemimpin politik yang mendapatkan wahyu berupa pulung adalah bagian dari legitimasi politik.
Tidak semua orang akan dianugerahkan wahyu berupa jatuhnya pulung kepadanya. Sehingga, pemimpin politik adalah manusia terpilih yang tak bisa diganggu gugat. Menandakan masih minimnya politik koreksi dalam kondisi seperti ini.
Salah satu sastrawan Jawa dan pujangga keraton, Ranggawarsita pernah menuliskan sastra tentang pulung. Disebutkan bahwa pulung adalah wahyu yang dinantikan keberpihakannya, sehingga seseorang yang terkena pulung diramalkan akan menjadi tokoh terkemuka.
Bagi Ranggawarsita, pulung tidak hanya berbicara tentang politik belaka, tetapi lebih kepada petunjuk yang membawa hidupnya kepada suatu jalan yang dinantikan. Barangkali inilah yang menjadikan Ranggawarsita sebagai tokoh terkemuka di zamannya.
Saat memasuki era di mana manusia semakin cerdas dan kalkulatif, keyakinan terhadap pulung semakin ditinggalkan. Kaum modernis mulai meragukan mitologi Jawa ini, serta budaya yang dianggap kurang rasional.
Gejala mengkota pada wilayah perdesaan Jawa akhir-akhir ini membuat masyarakat berpola pikir urban. Mereka cenderung berpikir logis-praktis. Mereka berpandangan, terpilihnya seseorang menjadi kepala desa berkat kepiawaiannya mengundang simpati.
Bisa diperkirakan, pulung sudah semakin ditinggalkan meskipun tidak menutup kemungkinan, masyarakat tradisi yang mesih bertahan masih memercayai adanya pulung hari ini.***
Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813 6366 3104
atau email ke alamat : pantauriau@gmail.com
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan PANTAURIAU.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Tulis Komentar