Ini 7 Suku Terunik di Afrika Nomor 5 Tak Pernah Mandi dan Memberikan Seks Gratis kepada Tamu Berikut Festival Mencuri Isteri Orang
IPANTAU JAKARTA - Afrika adalah benua yang sangat kaya akan keragaman budaya, bahasa, dan suku bangsa. Di benua Afrika, terdapat banyak suku dan kelompok etnis yang memiliki kehidupan, tradisi, dan budaya unik. Berikut adalah 7 suku Afrika yang memiliki kehidupan unik:
Suku Masai (Kenya dan Tanzania)
Suku Masai dikenal karena gaya hidup pastoral mereka, menggembalakan ternak seperti sapi dan kambing. Mereka juga terkenal dengan pakaian tradisional mereka yang berwarna cerah dan tarian adu domba yang menakjubkan.
Suku Zulu (Afrika Selatan)
Suku Zulu adalah salah satu suku terbesar di Afrika Selatan. Mereka memiliki tradisi perang yang terkenal dan tarian perang yang disebut "Indlamu." Budaya Zulu sangat kaya dengan musik, tarian, dan kerajinan tangan.
Suku Berber (Afrika Utara)
Suku Berber adalah suku pribumi di wilayah Maghreb di Afrika Utara, termasuk Maroko, Aljazair, dan Tunisia. Mereka memiliki bahasa dan budaya yang unik, serta tradisi musik, seni, dan kerajinan tangan yang khas.
Suku Himba (Namibia)
Suku Himba hidup di gurun pasir Namib di Namibia. Mereka dikenal dengan kulit merah mereka karena penggunaan campuran tanah dan mentega untuk melindungi kulit dari sinar matahari yang kuat. Suku Himba memiliki sistem sosial yang kuat dan tradisi kecantikan yang unik.
Suku San (Botswana dan Namibia)
Suku San, juga dikenal sebagai Bushmen atau Basarwa, adalah salah satu suku paling awal di Afrika. Mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang lingkungan dan kehidupan pemburu-pengumpul. Suku San memiliki bahasa yang sangat beragam dengan banyak klik suara yang unik.
Suku Pygmy (Kawasan Hutan Tropis Afrika)
Suku Pygmy adalah kelompok etnis kecil yang hidup di hutan tropis Afrika Tengah, termasuk Kongo, Republik Afrika Tengah, dan Kamerun. Mereka dikenal sebagai pemburu-pengumpul yang sangat terampil dan memiliki budaya musik dan tarian yang khas.
Setiap suku di Afrika memiliki warisan budaya dan tradisi yang berbeda, mencerminkan keanekaragaman lanskap, cuaca, dan sejarah wilayah-wilayah tempat mereka tinggal. Ini adalah contoh-contoh suku yang hidup di Afrika dengan kehidupan unik dan tradisi yang menarik.
Tidak Pernah Mandi
Bagi kebanyakan orang, mandi merupakan salah satu aktivitas wajib harian. Apalagi, di tengah cuaca panas dan aktivitas berat, mandi bisa jadi "pendingin" instan tubuh. Namun, di belahan Bumi lain terdapat suku yang tidak pernah mandi dengan air.
Mereka adalah Suku Himba, juga disebut sebagai suku Omuhimba atau Ovahimba, yang tinggal di bagian utara Namibia, khususnya di wilayah Kunene.
Alasan tak pernah mandi Dikutip dari Guardian yang dilansir kompas.com, Suku Himba tidak pernah mandi karena disebabkan oleh kondisi iklim wilayahnya. Mereka tinggal di salah satu lingkungan paling ekstrem di dunia dengan iklim gurun yang keras dan tidak tersedianya air minum.
Namun, kurangnya rutinitas mandi tidak mengakibatkan kurangnya kebersihan diri. Anggota suku ini mengoleskan ramuan merah pada kulit mereka dan "mandi" asap setiap hari untuk menjaga kebersihan.
Untuk melakukan hal ini, mereka memasukkan arang yang membara ke dalam mangkuk kecil berisi tumbuhan (daun dan cabang kecil pohon Commiphora). Mereka kemudian membungkuk di atas mangkuk pengasapan sampai mereka mulai berkeringat. Untuk mencuci seluruh tubuh, mereka menutupi diri dengan selimut sehingga asapnya terperangkap di bawah kain.
Kehidupan Suku Himba
Masyarakat Suku Himba sebagian besar berpofesi sebagai peternak dan petani. Mereka memelihara berbagai jenis ternak terutama kambing, sapi, domba, dan lain-lain. Sementara itu, para perempuan sibuk mengumpulkan kayu bakar, memasak, dan menyajikan makanan serta mencari air bersih. Beberapa penduduk desa cenderung bersosialisasi dan sangat religius, serta memuja dewa-dewa kuno mereka.
Meskipun masyarakat Himba bekerja sama dengan suku-suku tetangga, mereka hidup dalam pengasingan dan mewaspadai kontak eksternal. Ini merupakan cara mereka melawan kontaminasi terhadap keyakinan dan budaya.
Meski begitu, Himba adalah salah satu suku terhangat di Afrika dan mereka bersikap sopan terhadap orang asing atau pengunjung. Mereka hanya tidak menyukai apa pun yang dapat mengancam nilai-nilai budaya dan tradisi mereka.
Selain tak pernah mandi, mereka juga memiliki budaya unik tersendiri. Seperti memberikan seks gratis kepada tamunya dan juga menghiasi bayi baru lahir dengan kalung manik.
Tradisi Pamer Gigi
Perempuan biasanya menjadi sosok yang lekat dengan kompetisi kecantikan, serta memakai baju terbaik dan riasan wajah. Namun di Niger, Afrika Barat, laki-lakilah yang akan menjaga penampilan mereka bahkan mengikuti kompetisi kecantikan demi mendapatkan pasangan. Hal itu umum terjadi pada laki-laki yang berasal dari Suku Wodaabe yang tinggal di Republik Niger, Afrika Barat.
Dilansir dari Atlas of Humanity dikutip kompas.com, Suku Wodaabe atau Bororo merupakan subkelompok kecil dari etnis Fulani. Mereka tinggal bermigrasi di antara Niger, Afrika Barat hingga menuju Afrika Tengah di Kamerun dan Chad. Orang Wodaabe berbicara dengan bahasa Fula. Dalam bahasa tersebut, 'woda' berarti 'tabu sementara 'wodaabe' artinya 'orang tabu'.
Mereka sering disebut 'orang tabu' karena hidup terisolasi dari etnis Fulani lainnya dan hanya mau menerapkan tradisi masa lalu dalam keseharian mereka. Oleh kelompok lain, Wodaabe sering dihina dengan sebutan Bororo yang berarti 'mereka tinggal di kandang ternak'.
Mayoritas warga bekerja sebagai pengembala ternak dan pedagang nomaden. Meski begitu, sebagian besar warga adalah vegetarian dan menggunakan ternak sebatas untuk transaksi.
Menurut Dailymail, laki-laki Wodaabe suka berdandan dan memperhatikan kecantikan mereka. Budaya Wodaabe menekankan mata putih, gigi putih, dan badan tinggi sebagai puncak kecantikan. Ini membuat para laki-laki menggunakan riasan berwarna cerah untuk menonjolkan wajah mereka.
Wajah mereka dicat dengan tanah liat merah atau kunyit, menggunakan eyeliner hitam untuk membuat mata tampak lebih putih, dan memakai lipstik gelap yang membuat gigi terlihat lebih putih. Untuk menunjukkan keindahan mata dan gigi, mereka akan memutar dan memelototkan mata serta menyeringai lebar hingga giginya terlihat. Agar terlihat tinggi, mereka memakai hiasan kepala dari bulu burung unta putih. Penampilan ini masih akan ditambah dengan cat wajah dan pakaian berwarna cerah.
Festival mencuri istri
Nah, para laki-laki Wodaabe akan menggunakan penampilan warna-warni itu di festival tahunan Tuareg yang biasanya dilaksanakan di akhir musim hujan bulan September. Di sini, mereka akan menari dan menyanyi yang ditujukan untuk para perempuan selama seminggu. Di puncak acara, dilaksanakan Gerewol yang dikenal sebagai festival mencuri istri.
Warga Wodaabe biasanya menikah di usia muda sekitar usia 12 atau 13 tahun. Ini berarti sebagian besar orang yang mengikuti upacara tersebut sudah menikah. Meski begitu, Wodaabe meyakini kalau tidur dengan orang yang sudah menikah tidaklah tabu.
Inilah alasan mengapa festival ini dapat digunakan untuk 'mencuri istri' orang lain. Jika melihat ada laki-laki yang menarik, perempuan itu bisa memutuskan untuk berhubungan dengannya, meninggalkan suami lamanya, menikah dengan pilihannya, bahkan memutuskan punya dua suami.
Karena ini, suami yang tidak ingin istrinya 'dicuri' akan melarang mereka untuk berpartisipasi dalam festival tersebut. Iyalah, bahaya…***
Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813 6366 3104
atau email ke alamat : pantauriau@gmail.com
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan PANTAURIAU.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Tulis Komentar