Siapa Sangka Berawal dari Profesi Ini Prajogo Pangestu Jadi Orang Paling Tajir di Indonesia
PANTAU JAKARTA- Prajogo Pangestu, lahir dengan nama Phang Djun Phen pada tanggal 13 Mei 1944 di Sambas, Kalimantan Barat, adalah seorang konglomerat Indonesia yang terkenal di sektor kayu dan energi. Meskipun awalnya berasal dari keluarga sederhana, ketekunan dan visinya dalam bisnis telah menjadikannya salah satu orang terkaya di Indonesia.
Prajogo Pangestu tidak menyelesaikan pendidikan formal yang tinggi. Ia hanya bersekolah hingga tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun, keterbatasan ini tidak menghalanginya untuk meraih kesuksesan. Prajogo memulai karirnya di perusahaan kayu milik teman dekatnya, Djuhar Sutanto, yang merupakan pendiri Grup Barito.
Pada tahun 1977, Prajogo mendirikan perusahaan kayunya sendiri, PT Barito Pacific Timber, yang kemudian dikenal sebagai PT Barito Pacific. Dengan kejelian dan kemampuan manajerialnya, Prajogo berhasil mengembangkan perusahaannya menjadi salah satu pemain utama di industri kayu Indonesia.
Seiring dengan waktu, Prajogo memperluas bisnisnya ke sektor lain. Salah satu langkah strategisnya adalah masuk ke industri petrokimia melalui akuisisi Chandra Asri, yang kini menjadi perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia. Melalui Chandra Asri, Prajogo Pangestu memiliki pengaruh besar di industri petrokimia Asia Tenggara.
Sementara itu mengutip infobanknews.com nama miliarder Prajogo Pangestu mendadak populer dalam pencarian di laman Google, pada Jum’at (7/6). Hal ini lantaran pergerakan saham bos Barito Pacific Group, raksasa perusahaan energi, industri listrik, dan pertambangan tengah anjlok.
Meski sahamnya anjlok, pengusaha asal Sambas, Kalimantan Barat dinobatkan menjadi orang paling tajir di RI versi Forbes Real Time Billionaires, per 6 Juni 2024.
Tercatat, total harta kekayaan yang dimiliki tembus USD49,4 miliar atau setara Rp800 triliun (kurs Rp16.200/USD). Dengan total kekayaan ini, ia menempati posisi ke-27 orang terkaya di dunia.
Siapa sangka Prajogo kecil lahir dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Bahkan, dirinya hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat menengah pertama.
Lantas seperti apa profil seorang Prajogo Pangestu hingga menjadi miliarder sukses di Indonesia?
Dilansir wikipedia, Prajogo Pangestu lahir pada 13 Mei 1944. Sang ayah bernama Phang Siu On yang bekerja sebagai pedagang getah karet.
Semasa kecil, Prajogo diberikan nama Phang Djun Phen yang dalam mitologi suku Khek atau orang Cina di Taiwan mempunyai arti “Burung besar terbang tinggi di awan mendung”.
Prajogo yang hanya menamatkan pendidikannya di SMP Nan Hua, sekolah Mandarin di Singkawang, Kalimantan Barat lantas mencoba mengadu nasib di Ibu Kota. Sayangnya, pekerjaan tak kunjung datang hingga akhirnya memutuskan kembali ke kampung halaman.
Di Kalimantan, ia menjadi sopir angkutan umum rute Singkawang-Pontianak. Tak bertahan lama, dirinya lantas mencoba bisnis kebutuhan dapur, mulai dari ikan asin hingga bumbu-bumbu.
Di sela pekerjaanya di tahun 1960, Prajogo secara tidak sengaja bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia, Burhan Uray. Siapa sangka, pertemuan itu pula yang mengubah garis nasib Prajogo Pangestu.
Lalu, pada 1969, Prajogo memutuskan bergabung di perusahaan milik Burhan, yakni PT Djajanti Grup. Berkat etos kerja tinggi, tujuh tahun kemudian dirinya dipercaya menempati posisi General Manager Pabrik Plywood Nusantara, Gresik, Jawa Timur.
Sayangnya, jabatan yang diembannya hanya bertahan satu tahun. Sebab, Prajogo memutuskan mengundurkan diri dan berani membeli sebuah perusahaan yang tengah mengalami krisis keuangan, yakni CV Pacific Lumber Coy.
Ia pun meminjam sejumlah uang ke bank untuk membeli perusahaan kayu tersebut. Lantas, mengganti nama perusahaan menjadi PT Barito Pacific. Hebatnya, dirinya juga sukses mengembalikan pinjaman tersebut hanya dalam kurun waktu satu tahun.
Pada 1970-an, PT Barito Pacific resmi berganti nama menjadi Barito Pacific Timber (BRPT) setelah mengurangi bisnis kayunya pada tahun 2007.
Pada tahun yang sama pula, BRPT mengakuisisi 70 persen perusahaan petrokimia Chandra Asri yang juga berdagang di Bursa Efek Indonesia.
Kesuksesan tak sampai di situ. Prajogo pun terus melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrochemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk.
Pada 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15 persen saham Chandra Asri pada Juli 2021.
Dan pada 2023, Prajogo sukses membawa dua perusahaannya, yakni CUAN dan BREN, melantai di bursa Indonesia.
Pergerakan Saham BREN
Di tengah posisi sebagai orang paling tajir di RI, tercatat pergerakan saham perusahaan milik Prajogo anjlok. Hingga perdagangan sesi I hari ini (7/6), harga saham BREN kembali ditutup anjlok 9,70 persen ke level Rp6.050 atau berkurang 650 poin.
Berdasarkan statistik RTI Business saham BREN pada pertengahan hari ini telah menyentuh harga terendahnya, setelah sebelumnya berhasil ditutup pada level Rp6.700, dengan kapitalisasi pasar tercatat Rp809,41 triliun.***
Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813 6366 3104
atau email ke alamat : pantauriau@gmail.com
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan PANTAURIAU.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan
Tulis Komentar